'Blackhat': Aksi Hacker yang Berakhir di Jakarta

Jakarta - Nicholas Hathaway (Chris Hemsworth tanpa palu saktinya) adalah seorang ahli komputer jenius yang sedang menjalankan masa hukumannya di penjara setelah membawa kabur puluhan juta dollar dari bank yang ia curi. Kemudian terjadilah cyber criminal yang berhasil meledakkan nuclear power plant milik China yang membuat semua orang kebingungan. Apa maksud di balik aksi ini? Protes politikkah? Uang? Atau, ada alasan lain?

Tidak ada satu pun yang bisa menangkap si penyusup selain Hathaway. Bahkan Chen Dawai (Wang Leehom), security analist yang spesial di bidang cyber crime juga angkat tangan. Chen pun cukup rendah hati berkata kepada Carol (Viola Davis), kiriman bala bantuan dari Amerika untuk kasus ini, bahwa satu-satunya orang yang bisa memburu si hacker adalah Hathaway. Carol bilang bahwa permintaan itu hampir tidak mungkin. Tapi, tentu saja ketika si hacker kembali memporak-porandakan harga saham kedelai, mereka tidak ada pilihan lain selain membebaskan Hathaway untuk sementara demi menangani kasus ini. Kini giliran si bocah nakal untuk menangkap si penjahat.


Film terakhir Michael Mann adalah 'Public Enemies' yang dirilis hampir enam tahun yang lalu. Film tersebut memang tidak mendapatkan respons luar biasa --bahkan jika Johnny Depp dan Marion Cotillard bermain sebagai pemeran utamanya. Tapi, paling tidak 'Public Enemies' bukanlah 'Blackhat' yang berantakan.


Film yang ditulis oleh Morgan Davis Foehl ini dipenuhi dengan jargon-jargon hacker dan sistem pengamanan internet yang mengagumkan, namun secara cerita penuh dengan lubang-lubang menganga. Film-film Michael Mann memang jarang memberikan sejarah si karakter dengan jelas. Mereka hanya ada. Seperti dalam 'Heat' atau bahkan 'Collateral'. Tapi, itu semua ditebus dengan aksi karakter yang membuat penonton tetap terlibat dalam drama yang disajikan. Namun, hal tersebut bisa dibilang tidak ada dalam 'Blackhat'.


Hathaway, sebagai karakter utama, sama membosankannya dengan keyboard yang dia pencet-pencet sepanjang film. Tidak berhenti di situ saja, 'Blackhat' juga memiliki resolusi yang sangat antiklimaks. Tidak hanya adegan klimaks tersebut dibuat tanpa ketegangan --klimaks film terjadi di Jakarta-- tapi juga membuat Anda bertanya-tanya tentang banyak hal. Lalu apa? Begitu saja? Bagaimana dengan NSA? Bagaimana dengan intelejen Amerika? Mengingat NSA begitu panik setelah Hathaway “meminjam” software mereka demi kepentingan misi ini.


Dan, hal tersebut diperparah dengan penyutradaraan Mann yang kaku. Dalam 'Blackhat' semua orang percaya dengan sengotot-ngototnya bahwa yang mereka lakukan adalah hal yang paling penting. Termasuk Viola Davis yang mungkin menjadi satu-satunya orang yang aktingnya bisa dilihat dalam film ini. Tapi, secara mendalam hampir semua karakter tampil kosong. Motivasi Lien Chen (Wei Tang) untuk membantu kakaknya juga terasa hanya satu dimensi. Anda tidak akan bisa menangkap seberapa sayang Lien Chen kepada kakaknya sampai film berakhir.


Chris Hemsworth adalah salah satu aktor yang berbakat. Marvel tidak akan meliriknya jika mereka menganggap bahwa Chris Hemsworth tidak berguna. Dengan bentuk fisik yang sempurna, Chris Hemsworth memang komoditi Hollywood yang pas. Namun, dalam 'Blackhat' dia tampil seperti dalam sebuah komedi. Seorang hacker yang jago berkelahi dengan orang-orang di jalanan dan tahu cara mengobati diri sendiri dengan Betadin dan alkohol saja? Ini memang tugas sutradara, dan tak bisa meyakinkan penonton atas hal ini.


Meskipun begitu, Mann memang cukup berhasil dalam menggambarkan mood yang seru yang hanya bisa ditemui di filmnya. Kameranya yang bergerak liar, dengan warna-warna yang mencolok dan dipenuhi grain, dengan sengaja membuat 'Blackhat' tampak memukau di layar lebar. Mirip dengan 'Collateral', hanya saja tanpa keseruan dan ketegangan. 'Blackhat' mungkin akan membuat Anda tertarik karena babak ketiga film dihabiskan di ibukota negara ini. Tapi, jika Anda menginginkan film menegangkan atau bernostalgia dengan Michael Mann, mungkin sebaiknya Anda menonton film lamanya. Karena, 'Blackhat' tidak lain dan tidak bukan adalah kekecewaan berbalut otot bisep.


Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.


(mmu/mmu)