Pameran ini memampang karya visual dari 32 orang fotografer dan seniman grafis. Peserta pameran ini antara lain Mosista Pambudi, Julian Sihombing, Adolf Van Der Laan, Bea Wiharta, Fanny Octavianus, Zarqoni Maksum, dan lainnya.
Acara pameran ini digelar pada 22 Agustus hingga 28 Agustus 2013 di Galeri Foto Jurnalistik Antara, Jl. Antara no. 59 Pasar Baru, Jakarta Pusat.
"Pameran ini digelar untuk menjadi refleksi. Karena kenyataannya sampai 15 tahun reformasi ini, belum sesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh para pejuang reformasi," ujar salah satu peserta pameran, Mosista Pambudi kepada detikHOT, Jumat (23/8/2013).
Pameran visual ini, menyuguhkan karya yang menggambarkan kejadian ikonik dan berdarah-darah pada masa terjadinya reformasi pada Mei 1998 lalu. Juga runutan kegiatan yang terkait dengan politik Indonesia dari masa ke masa, hingga sekarang.
Mosista sendiri memajang tiga buah karya fotonya. Karya yang ia suguhkan berada pada titik yang menggambarkan masa reformasi. "Ada foto-foto reformasi yang ikonik, seperti peristiwa Trisakti, ini harus masuk. Untuk yang konteks kejadian kekinian, lebih diserahkan kepada anak-anak muda," ujarnya.
Meski peristiwa reformasi lekat dengan bulan Mei, Galeri Foto Jurnalistik Antara sengaja menggelar pameran ini pada bulan Agustus. Berdekatan dengan hari kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus lalu. Berikut alasan dari kurator pameran ini, Oscar Motuloh.
"Tujuh belasan kali ini juga tak begitu memberi tempat bagi amanat Reformasi yang gerakan moralnya 15 tahun silam berhasil menumbangkan Soeharto, dan karenanya pemerintahan dua periode ini bisa eksis," tulis Oscar pada sekapur sirih pameran. "Kemerdekaan yang diamanatkan gerakan Reformasi, tak menggema ke dalam nadi realitas keseharian yang sesungguhnya."
(utw/utw)