'The Lone Ranger': Kapten Jack Sparrow dari Gurun Pasir

Jakarta - Pertanyaan pertama, kapan terakhir kali Anda melihat Johnny Depp memerankan karakter yang normal? Tahun lalu dia menjadi vampir dalam 'Dark Shadows'. Tahun sebelumnya lagi, dia menjadi Jack Sparrow untuk keempat kalinya, dan menjadi bunglon dalam animasi keren 'Rango'. Mungkin yang paling mendekati normal adalah perannya pada 2004, ketika dia memerankan seorang penulis dalam 'Secret Window'. Oh, tapi itu pun masih menuntut Depp untuk kebingungan menyelesaikan misteri pembunuhan.

Typecast atau tidak, kini Johnny Depp bersama Armie Hammer ('The Social Network', 'Mirror Mirror') bergabung dengan produser blockbuster terkenal Jerry Bruckheimer, sutradara Gore Verbinski dan duo penulis Ted Elliott dan Terry Rusio untuk mengulangi kesuksesan 'Pirates of Caribbean'. Akankah aksi mereka (kembali) berhasil?


John Reid (Armie Hammer) tidak seperti kakaknya Dan (James Badge Dale) yang urakan dan bertindak berdasarkan insting. John Reid –yang baru saja pulang setelah sekian lama meninggalkan kampung halamannya– adalah jenis orang yang memegang teguh buku dan peraturan tertulis. Sehingga, kalaupun dia mencintai Rebecca (Ruth Wilson), dia tidak pernah mengambil tindakan karena Rebecca adalah istri kakaknya.


Bersama dengan anggota Texas Ranger yang lain, John berjalan dalam petualangan di tengah gurun yang panas untuk mencari penjahat kejam terkenal, Butch Cavendish (William Fichtner). Sampai akhirnya mereka semua terkepung dan terbunuh. Kecuali si John yang akhirnya diselamatkan oleh Tonto (Johnny Depp), seorang Indian nyentrik yang rada gila.


John menginginkan balas dendam. Tonto ternyata memiliki sebuah rahasia kelam yang melibatkan nama Butch Cavendish. Keduanya akhirnya bahu-membahu untuk menemukan rahasia yang lebih besar ketimbang kejahatan Butch Cavendish.


Setelah mendapatkan Oscar dan berhasil mengolok-ngolok dunia western dari mata bunglon kocak lewat 'Rango', Gore Verbinski akhirnya memutuskan untuk membuat film western "beneran" dalam 'The Lone Ranger'. Tidak seperti 'Django Unchained' yang lebih merupakan nostalgia Tarantino terhadap genre tersebut, 'The Lone Ranger' murni merupakan usaha Bruckheimer untuk meraih pundi-pundi dollar.


Tidak ada yang salah memang, dan tidak salah pula ketika Bruckheimer memanggil semua tim sukses 'Pirates of Caribbean' untuk mengerjakan 'The Lone Ranger' ini. Dan, seperti 'Pirates of Caribbean', film ini berhasil membuat penonton tertawa terbahak-bahak dengan aksi Tonto yang nyentrik, adegan action extravaganza dan petunjuk kemungkinan sekuel di akhir film.


Masalahnya, seperti film-film 'Pirates of Caribbean', 'The Lone Ranger' mencoba terlalu keras untuk menghibur penonton. Durasi film adalah masalah pertama. Dengan durasi sekitar 150 menit, film ini terlalu bertele-tele untuk menceritakan kisahnya. Persis seperti 'Pirates of Caribbean: Dead Man’s Chest'. Butuh satu jam sendiri untuk Armie Hammer dan Johnny Depp bekerja sama. Dan, ketika Anda berpikir filmnya akan mendekati ending, ternyata masih butuh satu jam lagi untuk benar-benar berakhir.


Yang kedua, karakter-karakternya yang kurang diolah. Ada banyak karakter yang menarik tapi dibiarkan lewat begitu saja. Seperti karakter Red yang diperankan oleh Helena Bonham Carter. Atau, Latham Cole yang diperankan oleh Tom Wilkinson yang mestinya bisa diolah dengan lebih baik sehingga kemunculannya yang mendekati klimaks film tidak terasa seperti out-of-nowhere.


Dan, yang terakhir, Johnny Depp sendiri. Memang benar, Johnny Depp adalah sedikit nama dari Hollywood yang sanggup meyakinkan penonton untuk menonton filmnya. Sayangnya, pilihan filmnya yang memang sudah nyentrik sejak awal membuat Tonto menjadi tidak ada gregetnya. Tonto persis seperti Jack Sparrow nyamar jadi orang Indian. Semua kegiatan usilnya, gaya cool 'saya-tidak-akan-pernah-mati'-nya, dan kemampuannya untuk melakukan apa saja mengingatkan penonton pada petualangan si Kapten Bajak Laut yang tiada duanya tersebut.


Armie Hammer memang cukup mempesona dalam 'The Social Network', tapi ternyata itu belum cukup untuk membuatnya supertough di 'The Lone Ranger'. Chemistry-nya dengan Depp memang tidak buruk, tapi bukan pula sesuatu yang perlu diacungi jempol. Dari semua pemain 'The Lone Ranger' yang patut diberikan pujian mungkin William Fichtner yang berhasil tampil bengis tanpa harus kelihatan benar-benar makan jantung manusia.


'The Lone Ranger' adalah sebuah epik petualangan khas Bruckheimer –konon, adegan stunt dalam filmnya asli, menyebabkan biaya produksi yang melambung tinggi– yang penuh dengan adegan-adegan aksi luar biasa dan one-liner yang gila. Akan membuat Anda deja vu dengan 'Pirates od Caribbean', memang. Tapi, bukankah itu memang tujuan utamanya?


Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.


(mmu/mmu)