Temui Sineas dan BPI, Direktur Pengembangan Industri Film Kemenpar: Saya Akui Salah

Jakarta - Direktur Pengembangan Industri Perfilman Kementerian Pariwisata Armein Firmansyah (sebelumnya berada di bawah Kemenparekraf) bersama Sekretaris Jenderal Kemenpar Ukus Kuswara menemui sejumlah sineas dan perwakilan Badan Perfilman Indonesia (BPI), Rabu (4/2/2015). Pertemuan itu membahas polemik yang terjadi seputar pengiriman delegasi ke pasar film di luar negeri.

"Saya mengakui salah karena tidak berkoordinasi dengan Badan Perfilman Indonesia (BPI) sehingga ada salah komunikasi," kata Armein yang diserbu dengan protes dan pertanyaan dari para sineas serta pegiat film di kantor BPI, Gedung Film, Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan.


Armein mengakui dalam menjalankan agenda-agenda untuk memajukan industri film, komunikasi dengan BPI memang kurang baik. Padahal BPI memiliki kaitan erat dengan industri karena dibentuk masyarakat perfilman dan mendapatkan fasilitasi dari negara berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman.


"BPI tidak dilibatkan sama sekali dalam rencana keikutsertaan delegasi Indonesia ke festival tersebut, karena itu BPI tidak mengetahui persis kompetisi para delegasi yang tercantum berangkat ke Berlinale 2015," kata Ketua BPI Kemala Atmojo.


Beberapa sineas yang hadir antara lain Reza Rahadian, Dewi Irawan, Prisia Nasution, Wulan Guritno hingga sutradara Anggy Umbara. Dewi dan Reza secara lugas mempertanyakan kebijakan pemerintah selama ini dalam mengirimkan wakil ke festival film di luar negeri untuk mendirikan booth dan menjual film. Sementara para sineas yang dilinai berprestasi, tidak mendapat dukungan.


BACA JUGA: Kemenpar Batalkan Delegasi Film yang Berangkat ke Berlin


Dewi sendiri mengaku harus mengeluarkan uang sendiri ketika membawa nama Indonesia dalam sebuah festival film di Rotterdam. "Padahal saya bawa nama Indonesia," protesnya, yang kemudian ditanggapi pihak Kemenpar dengan pernyataan normatif bahwa hal yang berkaitan dengan penyaluran uang saku dan lain-lain ada prosedur dan mekanismenya.


Oleh karena itu ia dan sineas lain mengaku geram saat mengetahui banyak delegasi yang dikirim adalah nama-nama yang justru tidak dekat dengan dunia film. "Kami ingin mendapatkan kejelasan alasan di balik keputusan nama-nama tidak dikenal itu keluar," ucap Reza.


Para sineas dan pegiat film juga mempertanyakan anggaran yang digunakan guna mengirim delegasi Indonesia. Dan seperti yang sudah disampaikan sebelumnya kepada detikHOT, Armein mengaku belum ada uang negara yang keluar dari anggaran Rp 1,5 miliar. Ia beralasan booth dan tiket pesawat yang sudah terlanjur dibeli, ditanggung oleh pihak Event Organizer.


Diskusi yang berlangsung selama hampir dua jam itu berjalan cukup alot. Armein sebelumnya juga mengatakan bahwa ini adalah kali terakhir pihaknya mengirim delegasi ke luar negeri. Setelah ini urusan film akan dikelola Badan Ekonomi Kreatif yang setingkat dengan Kementerian, dan langsung berada di bawah presiden. Badan Ekonomi Kreatif dikepalai Triawan Munaf, ayah dari penyanyi Sherina.


(ich/ron)