20 Tahun Teater Garasi Dikisahkan dalam Sebuah Buku

Jakarta - Pada Desember 2014 lalu, Teater Garasi atau Garasi Performance Institute menerbitkan sebuah buku dokumenter yang memuat perjalanannya selama 20 tahun. Buku tersebut berjudul 'Bertukar Tangkap dengan Lepas: Karnaval 20 Tahun Teater Garasi'.

Buku yang terbagi dalam dua bentuk yakni esai dan foto ini memuat hubungan timbal balik antara medan kebudayaan lokal, nasional, dan internasional. Seperti yang tercantum dalam situsnya, kumpulan ragam tulisan itu ditulis oleh pengamat, pekerja teater, seni dan kebudayaan yang berangkat dari dua hal.


Pertama, refleksi dan kritik atas kerja yang sudah dilakukan Teater Garasi. Kedua, mengenai diskursus seni budaya serta pandangan khusus atas repertoar Teater Garasi. Baik melalui kerja teater maupun pengaruhnya dalam seni kontemporer Indonesia.


Para penulis yang berkecimpung dalam buku ini—berdasar urutan tulisan—adalah Barbara Hatley (Teater dan Bangsa, Dulu dan Sekarang), Gunawan Maryanto (Repertoar Hujan; Sebuah Ingatan), Alia Swastika (Teater Garasi Dua Dasawarsa: Pandangan Politik Kaum Muda), Wicaksono Adi (Fragmen, Parade Bentuk, Referensi), Yudi Ahmad Tajudin (Kisah-Kisah Perayaan Bersama dalam Tubuh Ketiga), Afrizal Malna (Teater Garasi Setelah Biografi Seorang Penonton).


Kemudian, Farah Wardani (Tubuh yang Keras Kepala. Antara Arsip & Repertoar: Menonton Kembali, Membaca Kembali Garasi), Nirwan Dewanto (Dua Belas Fragmen), Jennifer Lindsay (Ruang-Ruang Ketiga), Landung Simatupang (Teater Garasi, Sekelumit Catatan dari Keterlibatan Saya), Yoshi Fajar Kresno Murti (Menenun Sejarah Ruang. Membaca Teater Garasi Melalui Je.ja.l.an, Tubuh Ketiga dan Goyang Penasaran), Marco Kusumawijaya (Mempertunjukkan Kota), Intan Paramaditha (Goyang Penasaran: Catatan dan Perjalanan) dan Goenawan Mohamad (Catatan Kecil Tentang Teater).


Buku ini pun disunting oleh Nirwan Ahmad Arsuka. Hingga kini, teater yang berdiri 4 Desember 1993 tetap mengedepankan isu-isu sosial, politik, dan kebudayaan.


(tia/mmu)