"Mereka menanyakan berkali-kali, kok bisa ada film LGBT yang sedemikian lugasnya menyampaikan pesan-pesan koeksistensi sosial. Menurut mereka, negara muslim pada umumnya sangat sensitif dengan isu ini. Mayoritas Indonesia kan muslim," ujar Lola dalam keterangan pers yang diterima detikHOT, Rabu (17/12/2014).
Pemutaran film yang bertema LGBT ini diprakarsai oleh Watch Indonesia! Dalam rangka peringatan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Sedunia. Sambutan itu masyarakat Jerman masih membuat Lola sedikit terkejut.
"Mungkin di benak mereka, demokrasi di Indonesia tidak secepat ini berkembang. Badan sensor sekarang tidak bisa semau-maunya bertindak," tambahnya.
Sementara itu, lanjut Lola, pemutaran di Köln (16/12) mendapat tanggapan lebih dari sekadar positif. Lola yang merilis 'Negeri Tanpa Telinga' di 2014 itu berujar ada yang meminta filmnya dijadikan bahan kajian studi.
"Ada permintaan dari beberapa universitas dan lembaga studi di Jerman untuk menjadikan film ini sebagai kajian studi," kata Lola.
Film Sanubari Jakarta merupakan film omnibus yang dibuat oleh 10 sutradara dimana Lola Amaria bertindak sebagai produser. Film ini diproduksi pada tahun 2012 oleh Kresna Duta Foundation bekerjasama dengan Hivos dan Ford Foundation.
(kmb/dal)