Sejak pagi, ucapan duka dari para kerabat terlihat di akun media sosial. Seperti akun Facebok Teater Koma yang menulis, "Turut berduka atas wafatnya Penyair Sitor Situmorang, ayahanda dari anggota kami, Logo Situmorang. Pada hari Sabtu, 20 Desember jam 9 malam waktu Belanda atau Minggu, 21 Desember jam 03.00 WIB."
Sejarawan JJ Rizal pun menuliskan hal yang sama. "Pagi ini mendapat berita dari keluarga Sitor Situmorang bahwa sastrawan generasi terakhir angkatan 45 itu baru saja meninggal di kediamannya di Apeldoorn, Belanda."
Penyair kelahiran Tapanuli Utara, Sumatera Utara ini memulai kariernya dalam bidang jurnalistik. Ia menjadi wartawan Harian Suara Nasional dan Harian Waspada pada 1945-1947. Ia pun pernah menjadi dosen Akademi Teater Nasional Indonesia, anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara MPRS mewakili kalangan seniman.
Di masa Orde Baru, Sitor pun pernah dipenjara sebagai tahanan politik pada 1957-1974. Puluhan karya seperti puisi maupun cerita pendek pernah dihasilkannya. Beberapa di antaranya adalah 'Pertempuran dan Salju di Paris' (1956) yang mendapat Hadiah Sastra Nasional di tahun 1955, dan kumpulan sajak 'Peta Perjalanan' yang memperoleh Hadiah Puisi Dewan Kesenian Jakarta di tahun 1976.
(tia/ich)