"Di lantai dua gedung B, akan ditambahkan ruangan sebagai museum permanen. Kami menaruh koleksi Galeri Nasional di lantai tersebut," ungkap Kepala Galeri Nasional Tubagus Andre Sukmana, beberapa waktu lalu.
Nantinya museum permanen tersebut akan menyediakan informasi koleksi yang lebih multimedia dan atraktif. "Ruangan itu akan dibuka untuk publik, sebagaimana fungsi dari museum seni."
Hingga kini, koleksi Galeri Nasional mencapai 1800 karya seni dari seniman Tanah Air dan mancanegara. Di antaranya, berupa lukisan, sketsa, grafis, patung, keramik, desain grafis, ilustrasi, fotografi, seni kriya, instalasi, dan media alternatif lainnya.
Beberapa seniman yang menjadi koleksi Galeri Nasional adalah Raden Saleh, Hendra Gunawan, Affandi, S.Sudjojono, Basoeki Abdullah, Henk Ngantung, Barli Sasmitawinata, Trubus, Popo Iskandar, H.Widayat, Srihadi Soedarsono, FX Harsono, dan lain-lain. Serta seniman mancanegara Sonia Delauney (Ukraina), Pierre Soulages (Prancis), Zao Wou Ki (Tiongkok), Victor Vassarely (Hungaria), Wassily Kandisky (Rusia), dan sebagainya.
Sedangkan, koleksi museum akan ditambah dengan karya dari Entang Wiharso, Anusapati, dan Pandu Sadewo. Menurut Tubagus, pihaknya mempunyai beberapa cara untuk menambah koleksi. Yakni membeli karya seni tersebut, dihibahkan oleh sang seniman, dan melalui titipan.
Sebelumnya, bangunan ini telah banyak berganti fungsi. Dari sekolah menengah pertama khusus wanita yang didirikan Yayasan Kristen Carpentier Alting Stiching (CAS), asrama wanita HBS, dikelola Yayasan Raden Saleh, hingga kini berpindah tangan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Di tahun 1987, bangunan difungsikan menjadi Gedung Pameran Seni Rupa (GPSR) hingga di tahun '98 berubah nama menjadi Galeri Nasional Indonesia.
(tia/tia)