Dalam dunia tari, Sal dikenal sebagai kritikus tari yang konsisten menulis, dan juga rajin melakukan penelitian terhadap seni pertunjukan. Sehari-hari ia juga mengajar di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dengan pengalaman yang luas.
Pada malam pembukaan IDF di Teater Jakarta, TIM semalam, penghargaan Sal diwakilkan oleh putrinya, Lukita Sari. Dalam video sambutan, Sal mengatakan bahwa penghargaan ini merupakan tanggapan bagi seniman atas apa yang sudah dilakukannya.
"Indonesia punya banyak penari terkemuka tapi masih langka kritikus seni di bidang tari," ujarnya.
Kiprah Sal dalam dunia tari dan memajukan IDF ini mampu mendatangkan koreografer dan rekan-rekannya dari luar negeri. Ia juga dihargai di Indonesia dan mancanegara.
Harapannya hanya satu. Pria kelahiran 27 Desember 1945 ini ingin semua orang dari anak-anak hingga dewasa mampu menari bersama. "Saya ingin anak-anak sampai dewasa menari bisa menuangkan pikiran, perasaan, dan dalam medium gerak."
Sal pernah menjadi anggota DKJ era 1978-1985, Konsultan Yayasan Kesenian Jakatya, menjadi anggota World Dance Alliance Asia Pasific Centre, dan menjadi Ketua Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia (MSPI 1993-1997).
Sebagai pendidik, Sal menjadi pengajar di beberapa universitas dan akademika. Di antaranya di IKJ, Program Pasca Sarjana UGM Yogyakarta, dan di Departemen Tari National Institute of Arts, Taipei, Taiwan.
Penghargaan lainnya juga pernah diterimanya yakni Smithsonian Institution, Washington DC sebagai pemimpin rombongan Indonesia yang tampil di Smithsonian Folkways Festival (1991). Serta penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) di tahun 2008 sebagai pemprakarsa dan penyelenggara IDF.
(tia/mmu)