Hati-Hati Penipuan Tiket Konser

http://us.images.detik.com/content/2013/08/02/1059/tiketbodiantrianladygaga.jpgPengantri tiket konser Lady Gaga yang akhirnya dibatalkan beberapa waktu lalu.


Jakarta - Penipuan kala penjualan tiket konser kerap kali terjadi. Hal ini tak bisa dipungkiri, sudah menjadi seperti kultur orang Indonesia kala konser akan berlangsung. Apakah Anda pernah ditipu?

Salah satu pengalaman ini pernah dialami oleh Cynthia Sari, 17 tahun. Siswi kelas dua Sekolah Menengah Atas di Jakarta Selatan itu menyukai boyband asal negeri Ginseng Korea mulai dari Super Junior, Beast, Big Bang, hingga Girls Generation.


Maka ketika konser Suju maupun SM Town Entertainment akan diselenggarakan ia segera menyerbunya. “Tapi waktu itu hampir ketipu gara-gara temen aku mengajak beli tiket di situs tertentu. Situs kayak blog gitu,” katanya kepada detikHOT Rabu (21/7/2013).


Lantas, Cynthia tak langsung mempercayai teman sekelasnya. Selama seharian ia mencari tahu mengenai situs tersebut dan mengkroscek alamat serta nomor teleponnya. Akhirnya, ia pun menolak membeli melalui situs itu.


“Temen aku dan beberapa teman sekelas yang malah kena. Mereka sudah transfer tapi pas H-2 mau tukar sama tiket asli, ternyata tempatnya cuma ruko. Kagetlah mereka, nomor yang dihubungi sudah tidak aktif,” ujarnya.


Direktur perusahaan rajakarcis.com Taufik Purnomosidi mengatakan hal serupa memang kerap terjadi. “Tidak hanya melalui situs kayak ticket box, tapi melalui calo saat hari H berlangsung juga terjadi,” katanya kepada detikHOT.


Selain itu, orang Jakarta juga termasuk malas untuk mengecek kebenaran nama perusahaan, alamat hingga nomor telepon. Itu yang menyebabkan banyak yang tertipu.


Pihaknya pun pernah mengalami kasus penipuan yang serupa kala konser Iron Maiden pada April 2011 lalu. Saat itu kertas yang dicetak oleh rajakarcis.com dipalsukan. Kini, untuknya menghindarinya, pihaknya sudah menyiapkan beberapa langkah.


Di antaranya dengan penggunaan kertas termal yaitu kertas yang ketika dibakar tidak akan terbakar, tapi justru hangus. “Kami punya divisi printing sendiri, lalu kami coba kertas dengan teknologi hot print yaitu ada beberapa huruf yang kayak setengah timbul.&rdquo

Dengan cara tersebut, bisa meminimalisir penipuan yang terorganisir. Sedangkan sistem barcode di tiket konser, sudah lumrah dipalsukan. Pasalnya, ia hanya menghitung validasi jumlah pengunjung yang masuk dengan yang sudah membelinya. “Bukan soal palsu atau enggaknya,” katanya.


Sementara itu, penerus ticket box Bu Dibjo, Djoko Kinanto mengatakan jika bisnis keluarga yang dijalaninya menggunakan sistem kepercayaan dengan pelanggan. “Satu pembeli cuma boleh beli 4 tiket, saat penukaran juga menggunakan KTP. Kita juga sudah tahu gerak gerik calo yang ada di Cikini,” katanya.


Artinya, kata Djoko, biasanya pelanggan Bu Dibjo akan mengantri panjang di pusat outlet. Ketika tiket yang dijual habis, di dekat rumahnya banyak calo yang bertebaran. “Entah dapat tiket dari mana, tapi mereka mampu mendapatkannya.” Kita juga selalu menghimbau agar mereka membeli di tempat yang resmi.


(utw/utw)