'Yasmine': Gebrakan Pertama dari Negeri Tetangga

Jakarta - Bagi sebagian orang ini adalah fakta yang mencengangkan bahwa di zaman modern ini Brunei Darussalam belum memiliki satu pun film panjang komersial. Hingga pada akhirnya di tahun ini, sutradara Siti Kamaluddin membuat gebrakan fantastis-gila-gilaan-fenomenal yang tak tanggung-tanggung dengan membuat 'Yasmine', film pertamanya ini. Ia melibatkan banyak talenta dari beberapa negara di antaranya memakai jasa Chan Man Ching si tangan kanan Jackie Chan dari Hong Kong sebagai koreografer aksi. Peralatan syuting disewa dari Malaysia, kru dan pemain film dari Indonesia, desain produksi dan penata kameranya orang Australia. Dan, Siti Kamaluddin sendiri setengah Singapura setengah Brunei, menarik bukan? Kolaborasi beberapa negara yang bukan main ini pada akhirnya menghasilkan sebuah film yang --mungkin terdengar hiperbolis tapi kenyataannya memang demikian-- menakjubkan, keren, dan bombastis.

Menghadirkan kisah tentang remaja yang mencari jati diri, menjadi juara dalam olahraga tertentu, serta dalam prosesnya sekaligus menemukan pelajaran hidup, film original 'The Karate Kid' (John G. Avildsen, 1984) adalah ilham yang tak habis digali. Siti rupanya tak mau ambil risiko dengan menyajikan kisah yang groundbreaking yang belum tentu nantinya bakal disukai penonton pula. Ia lebih memilih bermain aman dengan itu tadi, mengikuti template 'The Karate Kid' yang pola ceritanya sudah dikenali betul oleh penonton, mudah diikuti. Ini merupakan sebuah pilihan yang bijak, termasuk pilihannya mendapuk Salman Aristo ('Laskar Pelangi', 'Cinta Dalam Kardus') untuk bersama-sama menulis skenario film ini.


Yasmine (Liyana Yus) harus berpisah dengan teman-teman lamanya karena ayahnya, Fahri (Reza Rahadian, 'Habibie & Ainun'), seorang pustakawan, tak mampu membiayainya untuk bersekolah di sekolah swasta. Di sekolah barunya, Yasmine bertemu dengan dua kawan baru, Nurul (Nabila Huda), si gendut menggemaskan, dan Ali (Roy Sungkono), cowok cool yang diam-diam menaruh hati pada Yasmine. Namun, Yasmine sudah kadung naksir pada Adi (Aryl Falak), jagoan silat profesional yang kini dekat dengan Dewi (Mentari De Marelle), musuh bebuyutan Yasmine. Dibimbing oleh master Tong Lung (Dwi Sasono, 'Pocong 2', 'Romantini'), yang diceritakan memiliki tenaga dalam luar biasa hebat, dan Jamal (Agus Kuncoro, 'Sang Kiai', 'Sang Pencerah'), guru silat yang kini duduk di kursi roda, Yasmine kemudian belajar silat untuk memenangkan hati Adi, atau untuk menyakiti Dewi, atau untuk pamer unjuk kebolehan, atau untuk sekedar jadi cewek pemberontak saja, entahlah.


Isu persoalan cewek ABG ini memang agak membingungkan, namun justru karena itulah, berkat penulisan yang cerdik dan akting mumpuni dari Liyana Yus, karakter Yasmine jadi begitu penuh dimensi, dan tak cuma Ali, saya pun diam-diam mulai menyukainya.


Dipenuhi soundtrack yang ceria, film ini jadi sangat ngepop, lucu, dan menghangatkan. Usaha Siti untuk membuat silat jadi terlihat keren jelas tercapai dengan sukses tanpa keraguan sedikit pun. Cerita yang kuat serta didukung jajaran pemain yang tampil di atas rata-rata, terutama Liyana Yus dalam debut aktingnya sebagai karakter utama, menjadikan film ini begitu menyenangkan untuk ditonton. Begitu banyak energi positif yang terpancar darinya. Film komersial pertama dari Brunei ini bahkan selevel dengan film-film remaja Thailand bikinan studio GTH yang sudah mapan itu. Bila Anda penyuka film remaja penuh canda dari studio GTH semisal 'Suck Seed' dan 'The Billionaire', mestinya Anda bakal menyukai pula film ini. Dalam hal kelucuan dan semangat ke-ABG-an, 'Yasmine' memiliki semangat yang sama dengan film-film yang saya sebutkan tadi.


Namun, walaupun ceria, tak lantas menjadikan adegan aksi di film ini lembek. Chan Man Ching mereka-reka adegan silat yang keras. Walaupun agak terasa seperti kungfu, ketika direkam lewat pengadeganan yang ciamik, disunting dengan tangkas oleh Cesa David Luckmansyah ('Gending Sriwijaya', 'Rectoverso'), ditatasuarai oleh Khikmawan Santosa ('Comic 8', 'Hari Ini Pasti Menang'), juga dibalut score rancak ciptaan duo Aghi Narottama dan Bemby Gusti ('Pintu Terlarang'), hasilnya sungguh mendebarkan. Adegan tarung antara Fahri dan Jamal, juga adegan puncak di saat Yasmine berduel dengan Dewi, mampu memacu adrenalin kita, dan hasil akhirnya bahkan saya rasa bisa membuat Jackie Chan malu karena pernah terlibat dalam remake 'The Karate Kid' besutan Harald Zwart pada 2010, karena 'Yasmine' terbukti memiliki kualitas di atas film itu.


Shandy Gasella pengamat perfilman Indonesia


(mmu/mmu)