"Pekerjaan ini sudah saya lakukan tahun 80. Istilahnya, saya ini kan senior banget, bukan zamannya saya lagi. Semua teman saya meledek saya, kok balik ngurusin gituan?" kata Firman kepada detikHOT.
Namun setelah diberi penjelasan mengenai alasan di balik keputusannya, teman-teman Firman yang sudah lama berkecimpung di industri film berbalik mendukungnya. Bahkan mereka juga bersedia terlibat dengan menduduki kursi dewan juri, seperti Slamet Rahardjo. Rekan senior lain yang membantu adalah Deddy Mizwar, Didi Petet, hingga Rano Karno.
Menurut Firman, ia ditunjuk menjadi Ketua Panita dengan waktu hanya tiga bulan sebelum pelaksanaan. Menurutnya, itu sangat mepet.
"Awalnya saya nggak mau, saya kan juga punya kesibukan sebagai produser. Saya punya perusahaan. Kenapa saya ditunjuk dan bulan September? Nanti saya akan cerita," ucapnya tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Firman mengatakan sebelum dirinya ditunjuk, Kemenparekraf sudah mendapuk orang lain untuk menjadi pelaksana festival film terbesar dan tertua di Indonesia itu. Namun karena ada masalah yang tak bisa ia sebutkan, ia akhirnya bersedia menjadi pengganti dan menyebutnya sebagai upaya penyelamatan.
"Karena buat saya ini prinsip. Kalau saya tidak ambil, bisa tidak terlaksana," ujarnya.
Firman mengatakan, waktu yang singkat tidak terlalu menjadi masalah karena pengalamannya. Tetapi, ia bisa saja melakukan hal lebih jika diberikan waktu 6 hingga 7 bulan sebelum acara.
"Jadi persoalannya tidak boleh terjadi di festival yang akan datang. Jadi pemerintah harus sedini mungkin membentuk panitia. Karena kan festival itu sudah diagendakan tiap Desember, festival tahunan. Kalau festival tahunan kan harusnya sudah dipersiapkan dari jauh-jauh hari," sarannya.
(ich/mmu)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!