"Ini suatu pendekatan dalam penciptaan teater yang mencoba mengangkat isu-isu sosial di masyarakat. Karya teater dokumenter mengolah fakta-fakta yang ditemukan di lapangan lewat sebuah penelitian," jelas B. Verry Handayani, salah satu penggagas proyek 'Sangkar Madu'.
Mengangkat isu buruh migran, 'Sangkar Madu' dibuat berdasarkan penelitian tim Teater Garasi di salah satu desa di Kulon Progo, Yogyakarta yang menemukan bahwa 80% penduduknya adalah, atau pernah, menjadi TKI di luar negeri.
Sebelum dipentaskan di Jakarta, karya tersebut sudah dipertontonkan di Yogyakarta (25 dan 26 April 2013), dan di Desa Gogodeso, Blitar (1 Mei 2013). Di Jakarta, 'Sangkar Madu' akan dipentaskan dalam dua kesempatan, yakni di Erasmus Huis, Sabtu (1/6) dan The Japan Foundation, Senin (3/6) pukul 19.00 WIB.
Isu perempuan buruh migran memang telah lama menjadi perhatian Verry Handayani dalam karya-karya teaternya. Pada 2008 ia mementaskan 'Sum, Cerita dari Rantau', sebuah monolog tentang kisah-kisah duka dan juga perjuangan para perempuan mantan buruh migran selama bekerja di rantau. Termasuk, bagaimana mereka berhadapan dengan para "penagih pajak" sejak menginjakkan kaki di bandara Tanah Air.
"Sebagai sebuah proyek teater, buat saya Sum Cerita dari Rantau ternyata masih belum selesai. Dia hanyalah sekelumit sisi dari isu buruh migran yang begitu rumit dan kompleks. Masih banyak sisi lain yang belum tergali, dan saya masih penasaran," tutur Verry yang kemudian bekerja sama dengan Yayasan Tifa menggulirkan proyek 'Sangkar Madu' tersebut.
Pada saat yang bersamaan, Teater Garasi juga tengah mempersiapkan pementasan 'Endgame'. Lakon karya Samuel Beckett itu akan dipentaskan di Salihara, Jakarta, 28-30 Juni 2013.
(mmu/mmu)