Kalimat yang diucapkan penyair dan kritikus seni rupa Eddy Soetriyono itu membuka mata awam bahwa pemalsuan lukisan dan peredaran lukisan palsu Indonesia merupakan masalah pelik.
Dalam diskusi “Mempertimbangkan Kembali Lukisan Palsu” di Serambi Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, 23 Agustus 2014, Eddy jadi narasumber bersama kritikus dan kurator seni rupa Enin Supriyanto. Diskusi ini tak lepas dari terbitnya buku Jejak Lukisan Palsu Indonesia oleh Perkumpulan Pencinta Senirupa Indonesia, Mei lalu.
Buku yang disunting Bambang Bujono itu memuat berbagai tulisan tentang peredaran dan kepemilikan lukisan palsu di Indonesia. Menyajikan laporan jurnalistik, kajian ahli seni rupa dan pengamat, uraian ilmu dan teknologi, telaah hukum, serta pandangan kolektor. Dipaparkan juga pengujian secara forensik menggunakan fourier transform infrared spectroscopy dan X-ray diffraction technique, yang ada di Indonesia (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung).
Eddy menyebut lima maestro lukis Indonesia yang karyanya paling sering dipalsukan, bahkan sampai masuk balai lelang internasional, yakni S. Sudjojono, Hendra Gunawan, Soedibio, Widayat, dan Affandi. Menyusul kemudian karya-karya Srihadi, Sadali, Jeihan, dan Mochtar Apin.
Pemalsuan itu bukan hanya melukis ulang lukisan yang sama, tapi juga melukis dengan gaya yang sama terhadap obyek yang sama, hanya dari sudut berbeda atau “menggabungkan” dua-tiga lukisan pelukis asli jadi satu lukisan baru. Laporan selengkapnya baca di Majalah Detik pekan ini!
(tia/tia)