Ketika Mey Chan remaja, ia selalu bersukacita mengikuti berbagai macam perlombaan setiap tanggal 17 Agustus. Ia juga melihat kemeriahan di setiap pelosok kampung.
"waktu kecil tinggal di Malang, ada acara balap karung. Sekarang di Jakarta nasionalismenya berkurang. 17-an sekarang malah kurang (perlombaan dan kemeriahannya)," ucap pasangan duet Maia itu saat ditemui usai mengisi sebuah acara di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Menurut Mey Chan, hal tersebut terjadi karena berbagai alasan. Selain perkembangan teknologi, pengaruh budaya pop dari negara lain juga cukup memberikan pengaruh.
"Teknologi canggih, dari HP bisa mencari apapun, pasti berbeda," tambahnya.
Sementara Maia memaknai Hari Kemerdekaan dari berbagai sudut pandang. Sebagai musisi, ia merasa telah merdeka dalam berkarya. Tetapi, Maia melihat semangat pemuda era kini dan jaman kemerdekaan dulu sudah begitu jauh.
"Pemuda zaman dulu benar memperjuangkan kemerdekaan, nasionalisme mereka tinggi, bukan memenangkan ego pribadi. Pemuda sekarang yang menjabat (di pemerintahan) berbeda dengan zaman dulu. 17 Agustus dulu dan sekarang beda mentalitasnya, jauh menurun. Dulu membela negara sekarang mengeruk negara. Demi partai dan diri sendiri," kritiknya.
(ich/ich)