Ade Darmawan, Kurator Independen si Pendiri Ruang Rupa

Jakarta - Jika Tommy F Awuy menganggap profesinya sebagai kurator hanya sambilan yang dicintainya, beda lagi dengan Ade Darmawan. Kurator seni sekaligus pendiri Galeri Ruang Rupa (Ruru) Jakarta ini sudah yakin dunia seni rupa sebagai hasratnya sejak berusia sangat muda.

Pria berusia 39 tahun ini pun sudah melakoni profesi ini selama belasan tahun. Menurut Ade, belajar sekaligus praktek sebagai kurator bisa dilakukan dimana saja.


“Sama saja seperti produser musik. Hanya beda produk saja tapi mekanisme dan cara berpikirnya sama,” kata Ade kepada detikHOT di Galeri Ruang Rupa, Jalan Tebet Timur Dalam Nomor 6 Jakarta Selatan, Rabu (15/8/2013).


Perjalanan karir seni rupa dijalani Ade sejak ia masih di bangku Sekolah Menengah. Usai kuliah di Departemen Seni Grafis, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Ade menggelar pameran tunggalnya di Rumah Seni Cemeti pada tahun 1997. Kemudian Ade menjalani masa residensi selama dua tahun di Rijksakademie Van Beeldende Kunsten, Belanda.


Pada tahun 2000, ia kembali ke Jakarta. Ide yang pernah dilontarkan bersama beberapa kawan seniman semasa kuliahnya dulu, membuatnya mendirikan Ruang Rupa. Wadah inilah yang menjadikan tempat kreasi dan pameran bagi para seniman baru di Jakarta.


Hingga kini Ade telah banyak berpartisipasi dalam proyek seni dan pameran di dalam maupun luar negeri. Seperti Bangkok, Mumbai, Istanbul, Sydney, Mexico City, dan Antwerpen. Begitu pun dengan beragam proyek yang dijalankan di Ruang Rupa.


Sebagai kurator Ade tak hanya menghadapi hal-hal indah.“Dukanya kalau mepet sama jadwal. Kan kurator itu kayak produser sampai ke hal-hal teknis. Kalau pameran internasional lebih ribet lagi, ada shipinglah, nyangkut di bandara, pengiriman enggak nyampe juga bisa,” katanya.


Segala pengalaman tersebut, kata dia, pasti dialami oleh setiap kurator. Meski proses persiapannya sudah dijalankan sejak dua tahun lalu, “Tetap saja ada satu periode produksi pameran yang elo akan melewati itu.&rdquo

Di antara semua pameran yang pernah dikurasinya, kurator yang menyebut dirinya sebagai kurator independen ini mengatakan tahun lalu ada satu eksibisi yang paling membuatnya tertantang.


Pameran bertajuk 'Manifesto' yang diselenggarakan di Galeri Nasional ini mempunyai elemen sejarah. Saat itu ia bersama kurator lainnya Rizki A.Zaelani harus mengumpulkan karya-karya sejak tahun 1940an hingga kini.


“Itu pertama kalinya gue tertantang. Yah secara wacana gue suka sejarah tapi kalau sebagai konseptor sendiri juga pasti beda. Ada 100 karya juga yang harus dikumpulkan dan dari koleksi beberapa institusi,” ujar anggota Dewan Kesenian Jakarta periode 2006-2009 ini.


Sedangkan untuk proyek Ruang Rupa sendiri yakni ajang festival video internasional yang disebut 'Ok.Video'. Ia pernah mengkurasi ribuan video dari 50 negara yang mengirim. “Tapi yang paling menyenangkan dari kurator itu saat mendisplay ruang pameran.&rdquo

Bagi Ade, saat itulah, ia bisa memecahkan satu ruangan besar menjadi beberapa bagian. Serta memasukkan karya-karya yang akan dipamerkan. Proyek kurasi berikutnya, akan dijalankan Ade di Mall Lotte Shoping Avenue, Kuningan. “Nanti akan ada pameran dari seniman Korea dan Indonesia. Itu juga susah, tempatnya kayak gitu sedangkan elo harus memamerkan karya,” ujarnya. Wah!


(utw/utw)