Dalam kebudayaan Tiongkok, lukisan potret tersebut diberi nama chi-yun-sheng-tung atau berarti napas-resonansi-hidup-gerak. Prinsipnya dikeluarkan oleh kritikus seni di abad ke-6, Hsieh Ho.
Awal bulan mendatang, terinspirasi dari legenda lukisan potret, seniman Mao Yan memamerkan karyanya di Pace Gallery, New York. "Galeri dibuat suasana sangat kabur dan sedikit mistis," ucap salah satu pengunjung seperti diberitakan Huffington Post, Kamis (26/2/2015).
Baca Juga: Fenomena Komik Politik Jadi Obrolan di Leipzig Book Fair 2015
Beberapa dari karyanya menampilkan tubuh tanpa busana, ada juga potret wanita yang payudaranya terlihat. Salah satu potret gambarnya adalah imigran Belgia ke Tiongkok Thomas Rohdewald.
Selain itu, potret pria bernama Xiao Dai terlihat lebih berbentuk mitos daripada nyata. Ia berpose menakutkan dan merusak legenda lukisan chi-yun-sheng-tung.
Matanya pun seakan berkata, "Hei aku di sini. Lihat aku!"
Seniman Mao Yan dikenal sebagai pelukis neo-realis. Lulusan seni lukis di Central Academy of Fine Arts Beijing ini juga dikenal dengan lukisan yang puitis dan psikologisnya. Kini, ia mengajar di Nanjing University of Arts.
(tia/mmu)