Dosen STSI Bandung Ini Bikin Wayang Kontemporer dari Limbah Plastik

Jakarta - Banyak yang tak menyangka, wayang yang berasal dari limbah plastik karya dosen teater STSI Bandung ini bisa terkenal. Di awal penciptaannya justru Mohamad Tavip dicibir dan dicemooh bahwa wayangnya akan tenggelam oleh kesenian kontemporer lainnya.

"Dari tahun 1993 saya sudah mulai eksplorasi bahan material wayang bareng pelukis Herry Dim. Tapi saat itu belum yakin bisa pakai plastik," ujarnya kepada detikHOT.


Karena masih mengeksplorasi, Tavip mencobanya dengan berbagai bahan seperti kertas, kardus, kayu, dan limbah rumah tangga lainnya. Tapi di tahun 2000an, ia mulai konsisten memakai plastik khususnya bekas botol air mineral.


Untuk satu buah wayang kreasinya, pria berusia 50 tahun tersebut membutuhkan tiga botol bekas air mineral yang masing-masing seukuran satu liter. Nantinya bentuk fisik tersebut akan dibelah, ditekan hingga ramping lalu disetrika sampai rata.


Setelahnya Tavip mulai menggambar manual berbagai bentuk yang ingin dibuatkan wayang plastik. Lalu mengguntingnya rapi. "Bentuk awalnya kan masih tipis, kita tempel lagi sama plastik lainnya. Jadi tebal," ungkapnya.


Selain itu, di tahun 2007 Tavip juga menemukan layar khusus tanpa optik. "Jadi saat dalang main, layarnya itu sama seperti syuting video, nggak pakai proyektor."


Di studio wayang Tavip yang terletak di kawasan Bandung Selatan, ia juga sering memberikan pelatihan bagi anak-anak, remaja, mahasiswa, dan masyarakat sekitar. Siapa pun bisa diajarkannya karena jenis wayang ini sama seperti mainan maupun kerajinan tangan.


"Karena bukan bentuk tradisionalnya makanya bisa macam-macam sesuai imajinasi sama kreasi yang mau dibikin. Kita juga lebih bebas ngegambarnya. Ini salah satu kelebihan dari Wayang Tavip," ungkapnya.


(tia/mmu)