Putu Wijaya mengatakan puluhan lukisan ini awalnya hanya disimpan di dalam rumahnya saja. "Awalnya saya pernah ingin menjadi pelukis," ujar sastrawan itu di Serambi Salihara beberapa waktu lalu.
Ketika ia masih kuliah di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) ia sempat mempelajarinya. Sayangnya, teori akademis lukisan sangat sulit diterimanya. "Daun dilukiskan warna hijau, padahal saya mau merah atau biru. Melukis secara akademis mungkin tidak cocok bagi saya," ujarnya.
Kemudian Putu menekuni seni teater dan mengabaikan keinginannya untuk melukis lagi. Baru setelah keluar dari rumah sakit akibat stroke, ia kembali melukis.
Tanpa terasa, karena setiap waktu melukis lukisannya sudah mencapai sekitar 40an. Suatu hari, ia pun bertemu dan mengobrol dengan seorang kurator pameran. "Katanya, lukisan ini sudah bisa masuk galeri. Pamerkan saja. Karena itu saya jadi percaya diri," kata Putu.
Nantinya, akan ada 40 lukisan yang akan dipamerkannya bertemakan 'Pohon, Bukit, dan Rumah'. "Pohon saya gambarkan seperti manusia, mereka juga butuh udara."
(tia/utw)