Dokter di hadapannya menyebutnya alkoholik. Dialah Nick Carraway (Tobey Maguire), seorang outsider yang akan menceritakan sebuah kehidupan glamor yang tidak pernah kita saksikan sebelumnya. Dan yang paling penting, sebuah nama yang nantinya akan menjadi legenda, Jay Gatsby (Leonardo diCaprio).
Sore itu, Nick Carraway mengunjungi sepupunya Daisy Buchanan (Carey Mulligan) dan Tom (Joel Edgerton). Di pertemuan sore itulah Nick menemukan sebuah informasi kecil tentang kemungkinan hubungan masa lalu antara Daisy dan seseorang bernama Gatsby.
Nick pun kembali ke gubuknya dan akhirnya menemukan sebuah undangan untuk pergi ke sebuah pesta yang diadakan tepat di sebelah rumahnya. Tertanda dari Jay Gatsby. Nick – yang super penasaran akan sosoknya – pun bergegas pergi ke pesta mahabesar, mahaspektakuler dan paling megah di antara pesta-pesta yang pernah Nick saksikan itu.
Di pesta tersebut semua sosialita New York datang berkunjung tanpa diundang. Semuanya berpesta pora seperti tidak ada hari esok. Nick – satu-satunya orang yang datang ke pesta dengan undangan di tangannya – kebingungan mencari sosok Gatsby. Sampai akhirnya sosok itu berdiri di depannya dengan background kembang api spektakuler di belakangnya. Segera, Nick pun mengetahui rahasia terdalam Jay Gatsby.
Serahkan semuanya kepada Baz Luhrmann untuk membuat 'The Great Gatsby' tampak over-the-top. Bagi Anda yang sudah familiar dengan karya-karyanya seperti 'Romeo+Juliet', 'Moulin Rouge!' dan 'Australia', ciri khas Baz Luhrmann yang gemar dengan hal-hal yang berlebihan pasti sudah bukan barang asing lagi. Namun, dalam 'The Great Gatsby', semuanya dikalikan seratus.
Adegan pesta di mansion Gatsby yang megah benar-benar spektakuler. Semuanya itu didukung dengan musik yang tak kalah hips (Jay Z dan Craig Armstrong adalah orang yang bertanggung jawab atas ini semua), yang walaupun tidak berada pada tempatnya namun masih terasa pas untuk menggambarkan betapa tidak biasanya pesta Gatsby.
Bahkan, adegan sesederhana pertemuan pertama Nick dan Daisy saja ditampilkan dengan bombastis. Simon Duggan membawa kameranya berkelana ke sana ke mari dengan pergerakan yang luwes. Ditambah dengan art dan costume designer Catherine Martin yang tidak hanya memanjakan mata namun juga membawa penonton ke sebuah pengalaman baru yang unik.
Namun betapa pun kerasnya Baz Luhrmann berusaha untuk membuat 'The Great Gatsby' tampak berkilauan, kilaunya mulai memudar seiring film berjalan. Baz Luhrmann dan Craig Pearce tidak bisa menjaga tempo film dengan baik sehingga di paruh kedua film, tensi film mengendor.
Masalah tidak hanya berhenti di skrip. Penyutradaraan aktor dalam film ini juga bermasalah. Leonardo DiCaprio mengemban tugas berat untuk memerankan sosok Gatsby agar tidak nampak seperti pecundang. Walaupun DiCaprio bermain apik, namun gerak-geriknya menunjukkan bahwa dia sosok yang terobsesi dengan Daisy in a bad way, bukan pria yang hopeless romantic. Chemistry-nya dengan Carey Mulligan pun juga kurang kuat.
Tokoh-tokoh yang diperankan oleh Elizabeth Debicki dan Amitabh Bhachan juga tak digali dengan jelas. Sehingga, mereka hanya terkesan sebagai numpang lewat saja. Atau, hiasan frame dalam kasus Debicki, yang berperan sebagai sahabat Daisy.
Namun, di atas semua itu, yang paling menarik dari film ini adalah menyaksikan bagaimana Baz Luhrmann menuangkan adegan-adegan dari sebuah novel yang telah menjadi klasik, setidaknya dalam kanon sastra Amerika. Rumah mewah Daisy dan suaminya, rumah mewah Gatsby di seberangnya di tepi teluk, dan pesta-pesta itu...Dan, bagaimana Nick Carraway menjadi penyaksi yang berakhir dengan rasa muak dan kesakitan jiwa.
Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.
(mmu/mmu)