Rayni Massardi Rilis Novel 'Langit Terbuka'

Jakarta - Sila dikelilingi beragam masalah. Segala persoalan mulai dari cinta, hati, dan pikiran menghantuinya. Ia ingin bangkit kembali dari titik nol pada sisa waktu dan umurnya. Dalam kesendirian di tempat baru, Sila mengharapkan keajaiban dalam perjalanan hidupnya untuk dapat bertemu dengan seseorang yang berbeda. Sila berharap dapat bertemu dengan hati yang baik dan tulus mencintainya.

Namun perjalanan Sila tak mudah. Ia mencari arti dari sebuah hati, perasaan, hak asasi, dan penghormatan. Buku berjudul 'Langit Terbuka' merupakan novel pertamanya yang rilis. "Tuhan menghadirkan Bali untuk jiwa raga saya. Sehingga ketika saya kembali ke Jakarta, barulah saya mulai menulis apa saja. Di tengah hiruk pikuk manusia aneka ragam dan sikap," ujar Rayni, Senin (22/12/2014).


Novel ini akan dirilis berbarengan dengan peluncuran novel suaminya 'Straw' di Bali pada awal Januari 2015 mendatang. Sebelumnya Rayni dan Noorca pernah meluncurkan buku bersama-sama di Jakarta 18 Juni 2008 silam. Saat itu, Noorca merilis novel keempat 'd.I.a. Cinta dan Presiden'. Serta Rayni mengeluarkan kumpulan cerpen 'I Don't Care' yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka.


Meski belum tersedia di berbagai toko buku, namun novel Rayni mendapatkan tanggapan positif dari berbagai kalangan. Seperti cerpenis Prasetyohadi yang mengatakan, membaca 'Langit Terbuka' seperti bercakap-cakap langsung dengan pengarangnya. Bahasa Rayni renyah, mengalir, dan humble. Di balik jalinan cerita, ia memiliki perenungan mendalam pada kehidupan dengan perspektif luas.


"Gaya bertutur Rayni mengantar tokoh Sila, anak bungsu keluarga modern, pada konflik batin yang mengarah obsesif kompulsif. Gejala psikologis inilah yang membuat Langit Terbuka memberi kejutan-kejutan tak terduga dan memikat," kata Prasetyohadi.


Sementara crafter dan lulusan seni rupa Insitut Kesenian Eky Widiastuty mengatakan kisah 'Langit Terbuka' sangat sederhana. "Dengan membacanya, seakan kita berhadapan langsung dengan sang pengarang. Seakan kita berdua sedang berinteraksi curhat satu sama lain," katanya


Buku ini pun dinilainya ditulis dengan bahasa yang jujur. "Buku ini ditulis dengan bahasa jujur tanpa berbelit, dan memanjakan pembacanya dengan santai namun lugas. Semoga novel ini membuka wawasan pembaca tentang apa arti hidup dan bertoleransi dengan banyak hal,” kata Eky.


(tia/mmu)