Suasana temaram warna merah mendominasi kios tersebut. Aneka lampu dari berbagai material sehari-hari yang tak terpakai membentuk lampu estetik dan fungsional itu. Untuk memisahkan dengan karya lainnya, Bonafacius Djoko Santoso atau akrab disapa Djoko membuat jaring-jaring.
"Semua kata-kata ini yang ada di kepala dan apa yang saya pikirkan. Ada kata Yesus dan Muhammad juga. Ibaratnya, ini adalah perenungan saya," katanya kepada detikHOT di Pasar Santa, akhir pekan lalu.
Dalam memamerkan karyanya, Djoko tak sendiri. Ia bersama dengan Yulian Ardhi ikut memajang karyanya dalam pameran bertajuk 'Rendezvous with Darkness (pertemuan dengan kegelapan)' yang digelar oleh ARCOLABS. Keduanya merupakan guru seni di SMA Gonzaga, Jakarta Selatan.
Sedangkan, Yulian memamerkan karya-karya drawing-nya yang didominasi oleh warna hitam dan gambar makanan maupun minuman. Lulusan desain grafis Seni Rupa ITB ini mengatakan gambar ini adalah hasil kreasi untuk clothing line yang pernah dirintisnya.
Terdapat gambar botol minuman, hamburger, french fries, dan hot dog dengan dipenuhi oleh duri-duri tajam di sekelilingnya. "Ini lambang kenikmatan dunia tapi sengaja memang ada durinya," ucapnya.
Di eksibisi tersebut terdapat empat gambar Yulian. Keempatnya berskala kecil dan digantungkan di dinding. Perwakilan fast food tersebut dinilainya sebagai kesukaan dari masyarakat pada umumnya tapi juga memiliki sisi negatif. Selama menjadi ilustrator lepas, Yulian pun mengeksplorasi berbagai teknik gambar dan tema.
"Kami sengaja mengajar seni di sekolah yang sama, dan kebetulan mengalami proses yang hampir sama. Ketika ARCOLABS mau buka Space Gallery dan kami mau pameran, akhirnya ikut berpartisipasi," kata Yulian.
Karya-karya dari dua guru seni SMA Gonzaga ini dapat dilihat hingga 28 Desember 2014 di Space Gallery, Pasar Santa. Dikurasi oleh 168 Project, pameran ini mencoba memperkenalkan dan mendefinisikan kembali kegelapan sebagai pendamping yang setara dengan terang. Karya mixed media yang merespon ruang galeri di pasar tradisional ini, berupaya menumbuhkan respon publik terhadap seni kontemporer.
(tia/mmu)