Falsafah hidupnya adalah berdoa, berkarya, dan beramal. Ketiga hal ini diterapkan Widayat hingga meninggal pada 22 Juni 2002 silam di usia ke-83 tahun.
Gaya kubisme dipengaruhi oleh Pablo Picasso. Ia sangat menyenangi karya-karya seniman asal Spanyol tersebut. Namun, dari berbagai pengaruh, lukisan karya Widayat dikenal dengan gaya dekoratif magis. Mengapa?
Kolektor seni rupa asal Magelang, Oei Hong Djien alias OHD menjelaskan jika setiap lukisannya penuh dengan detil dan tampak seperti monokrom. "Tapi kalau didekati jadinya multiwarna."
Setiap kolektor dan pecinta seni yang melihat lukisannya akan merasakan suasana khas Indonesia-nya. Ada yang melambangkan perjuangan dengan bentuk unik. "Saya menyebutnya sebagai magical decorative atau dekoratif magis," kata OHD.
"Banyak seniman yang mengacu terhadap gaya ekspresionisme Barat yang banyak kita ketahui. Tapi Widayat justru dekoratif, setiap detilnya ada," katanya.
Dekoratif yang digunakannya adalah dua dimensi. Hal ini juga didapatkan Widayat, kata Oei, dari ibunya yang merupakan pembatik ulung. Setelah lulus kuliah, ia juga sempat belajar dua tahun ke Jepang, hingga dalam karyanya nampak gaya timur.
"Warna yang dipakai bukan primer saja tapi begitu fantastis dan tidak terduga. Karyanya selalu membuat kagum dan buat kolektor 'greng' atau terasa tersetrum listriknya," kata Oei yang juga dikenal sebagai grader untuk PT Djarum Kudus.
(tia/utw)