"Ada sekitar 11 karya yang dipamerkan. Seluruhnya koleksi tetap Galeri Apik dan tidak diperjualbelikan dalam pameran itu," jelas Direktur Galeri Apik Rahmat saat pembukaan pameran 'Are you a dealer or broker?' joint Exhibition di Jalan Radio Dalam Raya 30, Jakarta Selatan.
Ken Subagiyo selaku Ketua Umum Mitra Seni Indonesia secara resmi membuka pameran yang memajang deretan lukisan. Seperti karya lama Yarno, seniman kelahiran Pagar Alam, Sumsel. Karya-karya Yarno tersebut banyak yang menganggap bisa bersanding dengan karya seniman ternama Tanah Air lainnya berkat Avant Garde dengan keunikan teknik surrealisme tersendiri.
"Artinya, Yarno melalui objek karyanya mampu mendahului trend untuk periode lebih awal dibandingkan saat masa dia berkarya," ujar Rahmat.
Rahmat melanjutkan, eksibisi mengusung misi tak jauh beda dengan pameran sebelumnya, yakni menyamakan persepsi antara kolektor, seniman, art dealer, broker, dan galeri untuk kemajuan seni Tanah Air di mata dunia ke depan.
"Diharapkan bisa menjadi booster guna perbaikan infrastruktur dunia seni di Indonesia," tandas dia.
"Kali ini, Galeri Apik mengangkat fenomena distribusi karya seni di Tanah Air, tantangan dan kekurangannya. Seperti keberadaan dealer dan broker yang sekilas memiliki peran serupa. Perbedaannya soal aset milik saja. Dealer punya aset, sedangkan broker tanpa aset, tanpa galeri dan cenderung freelance individual," paparnya.
Ia menerangkan, broker bisa juga menjual karya seni tanpa harus memiliki dulu. Artinya broker hanya menjadi perantara.
"Bahkan praktek selama ini, dengan berbekal image softcopy dari foto karya seni di dalam smartphone, bisa langsung dipakai bertransaksi, mencari marjin atau mark-up, dimana terkadang image ini disebarluaskan setelah diakui sebagai karya seni miliknya tanpa memandang perlu pentingnya," papar dia.
(kmb/kmb)