"Terakhir pementasan kami di tahun 2003 dibawa pentas keliling ke taman budaya yang ada di Jawa. Rencananya sekarang juga gitu tapi keputusannya belum final," kata Direktur Artistik Yudi Ahmad Tajudin kepada detikHOT.
Pertunjukan minim dialog ini diriset sejak Juli tahun lalu dan bisa memunculkan sekuel selanjutnya. Ia mengatakan jika karyanya di Teater Garasi memang lebih melibatkan gerak dan imaji visual.
"Ketimbang dialog. Tapi enggak semua sutradara di Garasi seperti itu, banyak di antaranya juga yang berdasarkan naskah," ujarnya.
Yudi menceritakan jika lakon kali ini ada benang merah isu dan cerita dari pentas sebelumnya. "Ini pentas yang pertama tapi ada keterkaitan dengan lakon 'Jejalan' dan 'Tubuh Ketiga'," ujarnya.
Isu pasca 1998 ini memunculkan efek berkepanjangan di bangsa Indonesia dan Yudi menyakini masih berlangsung hingga sekarang. "Ketiganya sama-sama menceritakan apa yang terjadi setelah 1998."
Dalam pentas 'Jejalan', Yudi melihat pertarungan antara ide dan gagasan. Sedangkan di 'Tubuh Ketiga', ia menyoroti bagaimana pertarungan tersebut terjadi dan merisetnya di Indramayu.
(tia/utw)