Berlatarkan kerusuhan 1998, trilogi 'Soekram' menceritakan tokoh Soekram yang tiba-tiba loncat keluar dari cerita dan mengugat sang pengarang. Berbagai pertanyaan dituntut Soekram seperti mengapa pengarangnya tak selesai menulis, mengapa ia tak bisa menentukan jalan ceritanya sendiri, mengapa ia tak bisa menjadi pengarang, dan lain-lain.
Berbagai pertanyaan dan rasa penasaran Soekram menghantui cerita trilogi tersebut. Novel ini menunjukkan hubungan yang sangat kompleks antara pengarang dan tokoh di dalam novel.
Baca Juga: Tampil di Teater Wayang, Olivia Zalianty Padukan Silat dan Tarian
"Ketika saya menulis Soekram, muncul banyak pertanyaan dan teori yang selama ini diperdebatkan. Misalnya saja, Marah Rusli nulis Siti Nurbaya. Marah Rusli kan ciptaan Tuhan dan Siti Nurbaya ciptaan Marah Rusli, tapi siapa yang masih hidup? Nah, ide itu yang ada di pikiran saya," katanya saat peluncuran novel 'Soekram' di Gramedia Central Park, Jakarta Pusat, Minggu (22/3/2015).
Awalnya, penyair 'Hujan Bulan Juni' itu pun merilis 'Pengarang Telah Mati' pada 2001. Lalu, melanjutkannya denga buku trilogi lainnya 'Pengarang Belum Mati' dan 'Pengarang Tak Pernah Mati' di tahun 2011.
Kini, di penghujung Maret 2015, penerbit Gramedia pun menggabungkan ketiganya dan menjadi 'Soekram' dalam satu buku.
"Kami ingin membuat bacaan sastra yang memiliki pembaca yang lebih luas. Terbitnya Soekram jadi bentuk komitmen kami," ucap General Manager Gramedia Pustaka Utama Siti Gretiani.
Trilogi 'Soekram' sudah tersedia di berbagai toko buku dan dijual seharga Rp 62 ribu.
(tia/doc)