Namun ia didukung oleh keluarganya agar tetap melukis. Mohammad berasal dari keluarga kelas menengah, lima bersaudara dan memiliki tiga saudara wanita. Kakak tertuanya Malek sangat senang dengan bakat Mohammad. "Ia tidak ada yang mengajari dan membuat sketsa dengan sangat bagus," ungkapnya.
Sepanjang karir melukis, Mohammad sudah mengikuti sembilan pameran bersama dan tunggal di Jalur Gaza. Ia juga pernah berpartisipasi dalam pameran di Beirut yang digelar Kedutaan Besar Palestina Lebanon. Sayangnya dua tahun lalu ketika ia diundang berpameran ke Afrika Selatan, Mohammad dilarang bepergian oleh Israel.
Israel menolak memberikan izin untuk melakukan perjalanan ke Betlehem. Saat itu, rencananya Mohammad akan ikut membuat mural perdamaian melalui perspektif anak-anak. Selain Mohammad, ada puluhan seniman cilik lainnya yang diundang membuat mural.
"Karya saya juga tidak boleh dikirim sehingga harus difoto dan dipindai lalu dipajang. Hanya itu cara satu-satunya," kata Mohammad.
Untuk menambah kemampuan melukisnya, ia belajar sendiri dari situs youtube. Dengan bantuan Malek ia selalu menonton dan mendapatkan metode terbaru khususnya dalam lukisan tiga dimensi.
"Dari situ saya menemukan ide-ide baru untuk dilukis di atas kanvas," ujarnya. Meski demikian untuk membeli perlengkapan melukis sepeti kanvas, cat, kuas dan lain-lain butuh dana yang lumayan besar dan tak ada sponsor dari lembaga resmi.
"Setiap harinya saya melukis dan butuh kanvas banyak. Harganya mahal di sini karena masih barang mewah dan saya menyiasatinya dengan menggunakan kertas sketsa," ujar seniman yang mengidolakan Van Gogh dan Pablo Picasso.
(tia/mmu)