Ini Lukisan Maestro Indonesia yang Dipamerkan di Australia

Jakarta - Untuk pertama kalinya lukisan-lukisan karya maestro Tanah Air dipamerkan di National Portrairt Gallery, Canberra, Australia. Sebanyak 32 lukisan potret yang terdiri dari 25 lukisan aliran modern koleksi negara dan 7 lukisan aliran kontemporer dipajang di sana.

Di antaranya lukisan ‘Ibu Menjahit’ (1944) dan Ros Panadanwangi Istriku’ (1959) karya S. Sudjojono, ‘Potret Diri dan Pipanya’ (1971) karya Affandi, ‘Asti’ (1980) karya Soedibio, serta aliran kontemporer seperti ‘Heavy Soul-2’ (2013) karya Kokok P. Sancoko dan ‘Kaukah Itu’ (2014) karya I Wayan Suja.


Karya-karya tersebut menunjukkan representasi gambaran tentang ‘orang Indonesia’ dengan momen-momen perubahan dalam cara memandang diri yang dipengaruhi oleh keadaan sosial-budaya di masing-masing masa.


"Pameran ini mendapatkan sambutan yang luar biasa. Para pengunjung sangat antusias terutama karena lukisan-lukisan modern Indonesia di era 40-an dan 50-an ditempatkan berdekatan dengan lukisan kami yang juga dibuat di era yang sama," ujar Manajer Pameran-National Portrait Gallery Australia, Christine Clark dalam rilis yang diterima detikHOT Kamis (25/9/2014).



"Sehingga para pengunjung dapat menyaksikan suatu guratan lukisan dari dua negara berbeda yang dibuat di era yang sama," paparnya dengan bersemangat. Pameran lukisan “Masters of Modern Indonesian Portraiture” yang dibuka kemarin, Rabu (24/9/2014) akan berlangsung di National Portrait Gallery, Canberra hingga 15 Oktober mendatang.


Decak kagum dari para pengunjung juga didapatkan dari Bill Farmer AO, mantan Duta Besar Australia untuk Indonesia tahun 2005–2010. Di acara pembukaan, ia sedang menikmati lukisan berjudul ‘Heavy Soul-2’ karya Kokok P. Sancoko. "Torehan kuas si pelukis menunjukkan kekuatan seni yang luar biasa dan sangat mengagumkan," ungkap Bill Farmer.


Sang seniman kontemporer Indonesia Willy Himawan turut hadir dalam pembukaan pameran tersebut. Ini merupakan pameran lukisan pertamanya di negeri Kangguru. "Kolaborasi budaya antara Indonesia–Australia ini merupakan kekuatan baru dalam bidang seni rupa yang bisa dikatakan setara dengan discourse budaya Amerika dan Eropa," ujarnya optimis.


Selain pameran maestro Indonesia tersebut, terdapat dua pameran besar lainnya yang melibatnya dua negara. Yakni pameran fotografi Indonesia periode 1850-an hingga 1940-an bertajuk “Garden of The East” yang dibuka oleh Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop pada Februari 2014. Serta pameran seni dan budaya bertema “Bali: Island of the Gods” yang dibuka oleh PM Tony Abbott pada Juli 2014. Keduanya digelar di National Gallery of Australia, Canberra.


(tia/ron)