Frasa Terkenal William Shakespeare dalam Keseharian

Jakarta - Tak hanya para musisi, sastrawan dan seniman yang seringkali mengadaptasi karya William Shakespeare dalam membuat karya. Banyak kutipan dan penjudulan yang dituliskan Shakespeare ikut mengisi dialog kita sehari-hari.

Ini alasan seorang penulis lulusan Sastra Inggris di Cambridge University, Hephzibah Anderson mengatakan bahwa hampir tak mungkin kita tidak terpengaruh oleh Shakespeare dalam penggunaan bahasa Inggris.


"Tanpanya kosa kata kita akan sangat berbeda," kata Hephzibah Anderson, dilansir BBC (02/05/2014).


Menurut Hephzibah, Shakespeare memiliki cara yang unik dan jelas untuk mengekspresikan emosi manusia yang lumrah terjadi dalam keseharian. "Meski kamu tidak pernah membaca karyanya, atau menonton teater atau filmnya. Kamu pasti mengutip perkataannya, ini hampir tak mungkin dielakkan."


Beberapa judul karya Shakespeare bahkan dianggap mempengaruhi menit demi menit penggunaan bahasa, karya itu antara lain adalah The Tempest, The Merchant of Venice dan Romeo and Juliet.


Misalnya dalam menggunakan frasa berbahasa Inggris, ketika sedang merasa cemburu bak "The green-eyed monster." Berarti Anda mengutip perkatan Iago, salah satu karakter dalam karya bertajuk Othello.


Bahkan dalam menulis bukunya yang bertajuk The Merchant of Venice, Shakespeare hampir-hampir mengutip perkataannya sendiri. Nampaknya ia terbiasa menggunakan simbol warna hijau sebagai ungkapan akan kecemburuan atau iri hari. Dalam The Merchant of Venice, karakter Portia mengatakan “Green-eyed jealousy.”


Ketika Anda tengah melakukan “gossip.” berarti Anda telah mengutip ungkapannya dalam karya A Midsummer Night’s Dream. Atau ketika kita mengatakan "The be-all and end-all." Ini dikatakan sebelumnya oleh Macbeth ketika ia membunuh King Duncan. Ungkapan "Fair play." pun sebenarnya adalah sebuah kutipan dari karakter Miranda dalam karya The Tempest.

Beberapa frasa sangat terbiasa digunakan dalam keseharian kita, dan beberapa di antaranya kita anggap sebagai klise. Apapun, ini sebenarnya merupakan sebuah pujian tersendiri bagi penulis yang telah pergi beratus tahun lalu.


Bila filsuf Plato pernah mengatakan bahwa "Seni adalah imitasi kehidupan." nampaknya ini berbeda dengan suguhan dari Shakespeare di mana plot-plot drama yang ia buat justru masuk ke dalam kehidupan nyata, justru kehidupan yang mengimitasi seni tersebut.


(ass/ich)