Beberapa penulis tersebut di antaranya Eka Kurniawan, Linda Christanty, Maria Hartiningsih, Landung Simatupang, Aan Mansyur, Suciwati Munir dan Khrisna Pabbicara.
Selain penulis dari dalam negeri, juga termasuk beberapa penulis dari luar negeri. Mereka adalah Peter Carey dari Australia, Janet Steele, Guru Besar Jurnalistik dari George Washington University, Amerika Serikat, serta Ma Thanegi dari Myanmar.
Founder MIWF, Lily Yulianti Farid dalam acara malam pembukaan MIWF, di benteng Fort Rotterdam, Makassar, Rabu (4/6), menuturkan pelaksanaan MIWF merupakan jalan kebudayaan untuk mengembalikan wajah kemanusiaan di kota Makassar.
"Kegiatan ini merupakan kontribusi kami pada kota kelahiran kami, untuk mendukung Makassar menjadi smart & liveable city, seperti kota-kota lain di dunia, kami berharap dengan kegiatan ini akan muncul antusiasme warga untuk menyokong pemerintahnya, untuk ikut membangun kebudayaan," ujar Lily.
Pelaksanaan festival penulis ini terpusat di sekitar benteng Fort Rotterdam, tidak jauh dari kawasan Pantai Losari, Makassar dan beberapa lokasi seperti hotel Best Western dan gedung Bosowa Development.
Dalam acara ini, digelar beberapa kegiatan seperti launching buku "Takdir" karya Peter Carey, yang terinspirasi dari buku harian Pangeran Diponegoro, dikaji oleh Maria Hartiningsih, sineas Riri Riza dan sejarawan Nurhady Sirimorok. Selain itu, MIWF tahun ini juga menggelar program Tribute to Baharuddin Lopa, yang merupakan tokoh pejuang anti korupsi asal Tanah Mandar.
Musisi tanah air, Fadly Padi dan vokalis band grunge Navicula, Robi, bersama musisi Australia Gyan Evans, turut serta memeriahkan even MIWF dengan konsep 'Sing Your Poetry'.
Selain itu, ada pula diskusi mengenai 'Perempuan, Demokrasi dan HAM' yang menghadirkan istri Pejuang HAM Alm. Munir, Suciwati, dan penulis Myanmar Ma Thanegi. Termasuk juga even 'Meet the Publishers' yang mempertemukan para penulis dengan para penerbit.
(ich/ich)