'1000 Forms of Fear' Sia: Kepiluan yang Indah

Jakarta - Penyanyi yang pernah menulis lagu untuk banyak artis handal seperti Beyonce, Katy Perry, Lea Michelle, dan Rihanna ini merilis album studio keenamnya yang berjudul '1000 Forms of Fear'. Banyak yang bilang ini album terbaik Sia karena memiliki banyak materi bagus. Di sini pendekatan Sia lebih berat ke pop, dengan aransemen musik yang masih berbau elektronika, sedikit rock dan dance. Album ini menjadi nomor 1 di chart album Australia (ARIA) dan US Billboard 200. Album '1000 Forms of Fear' juga berjaya di Kanada, Selandia Baru, Inggria dan Norwegia.

'Chandelier' sebagai hit andalannya yang dirilis sejak pertengahan Maret menjadi fenomena tersendiri gara-gara menampilkan penari cilik Maddie Ziegler yang menarikan tarian ballet kontemporer yang luar biasa. Lagu yang bertema melankolis ini dikemas dalam tata musik yang megah dalam konsep electro pop dengan sedikit pengaruh reggae pada bagian song. Teriakannya yang lantang dan lirih menjadikan lagu ini mudah diingat dan sungguh adiktif.


'Big Girls Cry', 'Eye of the Needle' dan 'Burn the Pages' adalah lagu berbasis piano dengan lirik mellow, mampu disampaikan Sia dengan karakter nyanyiannya yang berat dan menyeret. Ia banyak memasukkan echo dalam beat-beat-nya, sehingga lagu-lagu pop yang ia ciptakan terdengar masyur. 'Straight For the Knife' memiliki struktur lagu yang tidak biasa, cenderung ganjil. Lagu ini lebih mirip disebut sebagai wadah Sia berkisah mengenai cinta yang gagal dalam pilihan kata yang mencekam dan berbau kekerasan. Tapi, bagaimanapun ia mampu menyanyikannya dengan syahdu.


'Elastic Heart' mungkin akan menjadi favorit setelah 'Chandelier'. Lagu bertempo medium ini hasil kolaborasi Sia dengan Diplo dan The Weeknd (yang juga kita kenal dengan musik R&B yang bernuansa misterius dan sendu). Lagu ini merupakan salah satu yang terdapat dalam original soundtrack film 'The Hunger Games: Catching Fire'. Sebagai pencipta lagu 'Diamonds' milik Rihanna, di sini Sia terdengar mirip sekali dengan Rihanna. Mungkin karena tone suara mereka memang mirip dan gaya menyanyi mereka pun sama. Anyways, lagu ini memiliki hook yang luar biasa mudah teringat.


Sementara 'Free the Animal' memiliki aransemen indie electronic yang megah dan upbeat, begitu pun dengan 'Fire Meet Gasoline' yang sedikit-banyak memiliki nuansa mirip dengan 'Chandelier' walau tidak se-catchy itu. Dan, pada akhirnya album ini ditutup dengan 'Dressed In Black' yang lagi-lagi adalah sebuah cerita murung yang dikemas dengan nyanyian catchy dan aransemen yang megah. Sebuah track yang pas untuk menutup keseluruhan album ini.


Anda bingung mengapa kali ini Sia selalu menyembunyikan wajahnya? Pada wawancara di sebuah media, Sia menjelaskan bahwa itu salah satu kampanye untuk promosi album ini. Yakni, dengan tidak menunjukkan wajahnya namun ia akan berfokus pada seni visual yang akan ia tuangkan di video-video dan live performance. Ia pun kerap tampil menyanyi membelakangi penonton, di antaranya ketika tampil di The Ellen DeGeneres Show dan Jimmy Kimmel Live. Ini menjadikan sosoknya misterius, mengingat jika Anda lihat seluruh artwork albumnya, Sia hanya diwakili oleh wig pirang berponi, yang tak lain memang potongan rambutnya yang khas.


'1000 Forms of Fears' sukses menjadi album yang paling menonjol dibanding album-album solo Sia sebelumnya. Album ini dapat dikatakan sebagai album paling komersil yang pernah ia produksi. Mungkin tidak terlalu eksentrik seperti yang sudah-sudah, akan tetapi karakter suaranya yang khas dapat memberikan nuansa yang beda dalam ranah pop. Ditambah lagi banyak lagunya yang bertema sedih dan personal, menjadikan album ini sebagai cerita pilu yang dikemas dengan indah.


Yarra Aristi pernah bekerja sebagai wartawan musik di dua majalah musik terkenal. Kini penyiar dan music director di sebuah stasiun radio swasta terkenal di Jakarta.


(mmu/mmu)