'Random Access Memories' Daft Punk: Memori Dansa yang Lebih Manusiawi

Jakarta - Mengingat memori 5 tahun lalu, mereka begitu memukau ketika berbagi panggung dengan Kanye West di Grammy Award 2008 membawakan altered version 'Stronger'. Mereka tidak lagi memakai pakaian astronot berneon, tapi berganti pakaian necis hitam mengkilap dengan helm warna emas dan perak. Meskipun itu terjadi 5 tahun lalu, mereka tetaplah sama. Mereka tetaplah Daft Punk.

Itulah ingatan pertama perkenalan saya dengan duo asal perancis bernama asli Guy-Manuel de Homem-Christo dan Thomas Bangalter tersebut. Setelah 20 tahun berkarier di ranah dance-scene, akhirnya Daft Punk telah tiba di puncak. Mereka berhasil membuat pararel antara otak dengan hard-drive, mengambil memori dansa era 70-80-an dan mengembalikannya menjadi sebuah album paling ditunggu oleh umat manusia, berjudul 'Random Access Memories'.


Namun, ingatan Anda terhadap Daft Punk akan hancur seketika saat mendengarkan album ini. 'Random Access Memories' tidak lagi menyajikan suara mesin luar angkasa seperti 'Discovery' (2001), namun menjadi lebih banyak mengusung sentuhan manusia dengan menampilkan The Collabolators dan instrumen live. Inilah album disko paling manusiawi yang pernah saya dengar (mungkin yang pernah ada).


Tidak hanya 13 track baru sejak rilisan terakhir 'Human After All' (2005), dalam album ini Daft Punk juga menghasilkan kolaborasi apik dengan Pharrel Williams, Giogio Moroder, Panda Bear, Nile Rodgers, Julian Casablancas, Paul Williams, Todd Edwards, Chilly Gonzales, DJ Falcons, dan nama-nama lainnya.


Single pertama 'Get Lucky' sudah menjadi pembicaraan bahkan sejak sebelum rampung. Tidak ada yang lebih pantas mengisi lini gitar 'Get "Funky" Lucky' selain Nile Rodgers. Namun, Pharrel Williams sebagai pengisi vokal? Saya agak terganggu dengan bagian verse-nya.


'Give Life Back To Music' yang dimulai dengan sentuhan rock yang dramatis disertai nyanyian vocoders, juga iringan gitar dalam 'Instant Crush' adalah wujud kecintaan Daft Punk pada west coast rock seperti Eagles.


'Giorgio by Moroder', lagu tribute untuk sang pioner disko, Giorgio Moroder disertai monolog yang menginspirasi siapapun. "Once you free you mind about a concept of harmony and music being correct / You can do whatever you want / So, nobody told me what to do, and there was no preconception of what to do."


Robot yang bicara cinta dalam 'The Game of Love', dentingan suara piano klasik Chilly Gonzales untuk lagu 'Within' dan opening sound 'Touch' yang mirip adegan film sci-fi jadul dengan perubahan lintas genre akan membuat mulut Anda ternganga. Hingga mengajak Panda Bear, pentolan Animal Collective untuk menyanyi bersama dalam track 'Doin' It Right'. Album ini memang penuh dengan kejutan-kejutan yang tidak pernah Anda bayangkan.


Daft Punk mengembalikan soul, groove dan elemen humanis ke lantai dansa dengan musik yang mereka ciptakan untuk 'Random Access Memories'. Percayalah, album ini lebih dari yang Anda kira. Album ini tidak hanya terkonsep matang, promosi yang kreatif, namun juga memiliki sesuatu yang tidak dimilliki album disko lainnya, yakni elemen manusia. Ketika yang lain berlomba untuk menjadi digital, Daft Punk malah kembali dengan memori dansa yang lebih manusiawi. Dan, saya cukup merangkum album ini menjadi satu kata dalam bahasa Prancis: Belle!


Rendy Tsu (@rendytsu) music director radio, album reviewer dan blogger yang mendedikasikan tulisannya untuk musik.


(mmu/mmu)