Haru Biru Taufik Ismail Pada Pementasan Dendang Sajak Penyair Minang

Jakarta - "Lapar menyerang desaku

Kentang dipanggang kemarau

Surat orang kampungku

Kuguratkan kertas

Risau..."

Bait awal puisi karya Taufik Ismail berjudul 'Syair Orang Lapar' dibacakan dengan indah dalam balutan musik beraliran jazz. Musisi dan penulis Jodhi Yudono bersama kelompok musiknya membawakan bait demi bait puisi ini dengan harmoni yang indah terasa.


Mereka menyuguhkan ini dalam pementasan bertajuk 'Dendang Sajak Penyair Minang', yang berlangsung selama kurang lebih satu jam di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, pada Sabtu (05/4/2014) lalu. Disaksikan puluhan pasang mata, puisi karya penyair asal Minang yang dibawakan jadi terasa khidmat tapi juga membara.


Kejutan yang lebih mengharukan ada di akhir pertunjukan. Usai bernyanyi dan memainkan gitarnya pada lagu ini, Jodhi menjelaskan bahwa puisi yang ia bawakan adalah karya Taufiq Ismail. Ia melanjutkan penjelasannya, sembari bertanya pada audiens yang hadir, "Adakah Bapak Taufiq Ismail di sini?"


Ada tangan tua terangkat. Ya, penyair legendaris itu hadir di tengah-tengah audiens bersama istrinya. Kehadirannya ini pun menjadi kejutan sendiri bagi Jodhi. Tak henti ia mengucap terima kasih dan rasa syukur karena Taufiq Ismail bersedia hadir melihat penampilannya.


"Semoga berkenan dengan tembang yang saya bawakan," ungkap Jodhy di atas panggung, kepada penyair berusia 78 tahun itu. Taufiq Ismail pun secara spontan bangkit dari duduknya, menuju ke panggung dan meminta izin untuk mengungkapkan pendapatnya di hadapan audiens.


"Saya sangat terharu, saya tidak bisa menahan tangis saya," ungkapnya, sembari mengusap air mata yang keburu jatuh. Ia pun menceritakan kisah dibalik syair yang ia tuliskan pada tahun 1964 itu.


"Saya sebagai mahasiswa pada waktu itu, praktek di desa di Gunung Kidul. Saya melihat setiap hari orang desa mati. Saya dan orang desa lainnya sibuk menguburkan. Saya tidak menyangka, kok mau membuat lagu tentang puisi kelaparan ini."


Dalam haru biru yang pecah dan tak terhindarkan di ruang pementasan ini, Jodhi pun meminta secara langsung agar Taufiq Ismail bersedia membawakan puisi di penghujung pertunjukannya. Maka mengalunlan puisi Taufiq Ismail yang berjudul 'Membaca Tanda-Tanda'. Sebuah puisi yang bicara soal relasi manusia dengan alam dan dampaknya.


(ass/utw)