Karya seni video, musik, desain interior, dan fotografi ini diberi judul '7'. Francis mengatakan, '7' melambangkan cerita itu sendiri dimana ada tujuh bidadari turun dari langit yang selendangnya dicuri Joko Tarub.
Cerita tersebut kemudian dikemas ulang dalam bentuk kreatif. Pada sebuah sekat ruang ditampilkan tujuh karya fotografi hitam putih yang melukiskan keindahan kaki wanita, tanpa terlihat wajah.
Ruangan didesain dengan pencahayaan minim. Interior seperti kursi dan meja sengaja bergaya victoria agar lebih elegan. Ketujuh foto kaki wanita itu tersebar di sekeliling dinding ber-cat hitam. Pengunjung tinggal duduk sambil menikmati riuh suara bidadari mandi di sungai.
"Dibuat seperti ini biar 'feel'-nya lebih terasa. Kami nggak bisa buka identitas wanita pemilik kaki-kaki ini karena nanti interpretasi menjadi lain," kata Francis di Grand Kemang Hotel, Jakarta, akhir pekan lalu.
Lulusan Bath College, Inggris, dan Parsons School of Art and Design, Paris ini mempunyai persepsi sendiri tentang cerita Joko Tarub yang melegenda. Bahwa memang yang namanya bidadari itu cantik.
"Kecantikan adalah sesuatu yang relatif. 'Kaki' menjadi pilihan non-pornografi sehingga semua bidadari melalui dongeng cerita Joko Tarub tetap bisa dipercaya kecantikannya melalui absensi atau negasinya," ujar Francis yang juga membuat karya bertajuk 'Muka' di gelaran ICAD tahun ini.
Partner Francis, Doddy punya persepsi sendiri tentang cerita Joko Tarub. Menurutnya, legenda ini bukanlah sebuah cerita yang baik dan layak ditiru. Dia memiliki pendapat bahwa sebenarnya tujuh bidadari ini tahu sedang diintip, senang dilihat, dan menggoda Joko Tarub. Inti cerita terletak pada bagian 'intip mengintip'.
"Bukan cerita yang baik dan tidak layak dicontoh terutama oleh anak-anak. Ini kalau dari sudut pandang saya, lho," kata Doddy.
Pria yang sudah 30 tahun berkecimpung di dunia fotografi ini mengungkapkan proses pembuatan foto memakan waktu sekitar 2,5 bulan. Teknisnya memakai kamera medium format digital black 40 megapixel.
"Ukurannya memang sangat besar. Tapi, ini tidak ada editing sama sekali. Dibiarkan natural, bahkan sampai ke pori-pori terkecil bisa kelihatan," ujar Doddy.
Tak seperti bagian tubuh wanita yang lain, kaki menempati eksklusivitasnya sendiri. Tidak termasuk porno, tapi terkesan seksi. Terlepas bagaimana profil wajah dan sisi personal si pemilik.
Doddy bercerita awal mula karya kolaborasi ini lahir. Dia mengaku diajak Francis untuk ikut serta dalam ICAD 2013. Francis sudah dua kali berpartisipasi. Sementara dia baru kali ini.
"Kalau saya baru pertama kali. Francis ajak saya kolaborasi, akhirnya kami bikin bareng. Kami sudah kenal lama, saya tahu banyak tentang dia, begitu juga sebaliknya. Jadi, sama-sama bisa kasih ruang berekspresi," katanya.
Karya duet mereka mendapat respon positif dari pengunjung yang datang ke pameran ini. Aldila, mahasiswi desain grafis Institut Kesenian Jakarta, tak bisa menyembunyikan rasa kagum. "Fotonya keren-keren banget. Kelihatan 'hidup'," ujar Aldila.
Hal senada juga dilontarkan George Smith, salah satu tamu hotel berkebangsaan Amerika Serikat. Karya seniman Indonesia dinilai sudah pantas mendunia.
"Saya lihat instalasi mereka begitu luar biasa, sangat kreatif, dan memiliki selera tinggi. Tapi, saya paling suka karya ini ('7' oleh Francis dan Doddy) karena sangat romantis, cantik, dan membuat penasaran," kata George.
(fip/fip)